Borderline personality disorder (BPD) dan gangguan bipolar kerap di anggap sebagai gangguan kepribadian yang sama karena memiliki beberapa gejala yang serupa. Meski sama-sama termasuk gangguan kepribadian, pada dasarnya, terdapat perbedaan antara gangguan bipolar dan BPD yang cukup signifikan.
Mengenal Perbedaan Gangguan Bipolar dan BPD
Gangguan bipolar adalah salah satu jenis gangguan kepribadian yang di tandai dengan perubahan suasana hati (mood) secara tiba-tiba, ekstrem, dan signifikan, misalnya dari sangat bahagia menjadi sangat sedih.
Gangguan bipolar kerap di anggap sebagai masalah kejiwaan yang sama dengan gangguan kepribadian ambang atau borderline personality disorder (BPD). Padahal, BPD adalah gangguan kesehatan mental yang memengaruhi cara berpikir dan perasaan pengidapnya terhadap diri sendiri dan orang lain sehingga mengganggu fungsi hidup sehari-hari.
Untuk meluruskan hal tersebut, berikut adalah sejumlah perbedaan antara gangguan bipolar dan BPD yang perlu di ketahui.

1. Dari Penyebabnya
Meski penyebab gangguan bipolar belum di ketahui secara pasti, terdapat dugaan bahwa kondisi ini dapat di picu oleh beberapa faktor, seperti:
- Ketidakseimbangan zat kimia (Neurotransmitter) di dalam otak.
- Ketidakseimbangan kadar hormon noradrenalin, dopamin, dan serotonin.
- Faktor genetik.
- Stres berlebihan yang meningkatkan kadar hormon kortisol.
- Gangguan fungsi kelenjar tiroid.
- Trauma.
- Hubungan sosial yang buruk.
Sementara itu, BPD adalah kondisi yang lebih sering terjadi akibat trauma masa kecil, terutama kekerasan fisik atau pelecehan seksual. Di samping itu, para ahli juga berpendapat bahwa kelainan genetik dan kelainan fungsi zat kimia dalam otak juga menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami BPD.
2. Dari Gejalanya
Perbedaan antara gangguan bipolar dan BPD berikutnya terletak pada variasi gejalanya. Secara umum, gangguan bipolar dapat menimbulkan gejala berupa perubahan suasana hati secara drastis dan tiba-tiba. Gejala gangguan bipolar terdiri dari dua fase utama, yaitu fase depresi dan fase mania/hipomania.
Saat memasuki fase mania/hipomania, pengidap gangguan bipolar cenderung merasa sangat bahagia, penuh gairah, bertindak impulsif, berbicara sangat cepat yang tidak normal, tidak ingin tidur, jarang merasa lapar, dan sangat bersemangat untuk menjalani aktivitas sehari-hari.
Namun, perasaan tersebut dapat berubah menjadi fase depresi secara tiba-tiba yang di tandai dengan perasaan sangat sedih, putus asa, tertekan, pesimis dengan kemampuan diri sendiri, hingga muncul keinginan untuk bunuh diri.
Sementara itu, sejumlah gejala yang umum di alami oleh penderita borderline personality disorder adalah sebagai berikut:
- Ketakutan berlebihan terhadap penolakan atau di tinggalkan oleh orang terdekat.
- Bertindak secara impulsif dan melakukan hal-hal yang dapat membahayakan diri.
- Mudah kecanduan terhadap hal-hal tertentu, seperti kecanduan berjudi, obat-obatan, dan minuman beralkohol.
- Mengalami perubahan suasana hati secara terus-menerus. Hal tersebut bisa berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari.
- Memiliki citra diri yang cenderung tidak stabil.
- Kesulitan untuk berempati dengan perasaan orang lain.
- Paranoid atau rasa khawatir, ragu, dan cemas secara berlebihan.
- Melakukan ancaman untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri sebagai respons terhadap rasa takut akan perpisahan atau penolakan.
- Memiliki riwayat hubungan yang tidak stabil dan dapat berubah secara drastis, seperti dari sangat mencintai pasangan, lalu tiba-tiba merasa bahwa pasangan tidak mencintainya atau kejam.
- Memiliki perasaan hampa.
- Mudah marah, sering kehilangan kesabaran, sinis, hingga bertengkar secara fisik.
3. Dari Intensitas Kemunculan Gejalanya
Seperti yang telah di jelaskan di atas, terdapat satu gejala yang dapat terjadi baik pada gangguan bipolar maupun BPD, yaitu perubahan suasana hati yang signifikan. Namun, perlu di ketahui bahwa intensitas perubahan mood pada penderita BPD biasanya akan terjadi secara terus-menerus.
Sementara itu, pada penderita gangguan bipolar, akan ada masa di mana pengidapnya tidak mengalami gejala mania atau depresi dan terlihat tenang seperti orang-orang pada umumnya.
Selain itu, gejala gangguan bipolar biasanya dapat muncul secara tiba-tiba, tanpa penyebab yang jelas. Hal tersebut berbeda dengan gejala BPD yang bisa muncul saat di picu oleh faktor tertentu, seperti konflik dengan orang terdekat.
Baca Juga: https://klinikatlantis.web.id/penyebab-faktor-resiko-gejala-diagnosis-pengobatan-pencegahan-epiglotitis/
Cara Menangani Gangguan Bipolar dan BPD
Selain itu, untuk membantu mengelola gejala, penderita gangguan bipolar dan BPD juga di anjurkan untuk menerapkan sejumlah pola hidup sehat, seperti:
- Rutin berolahraga untuk membantu mengalihkan emosi negatif ataupun perilaku impulsif.
- Berbagi cerita kepada kerabat atau orang yang di percaya.
- Membuat tubuh lebih rileks dengan menerapkan teknik pernapasan dalam, meditasi, atau yoga.
- Mencukupi waktu istirahat.
- Menulis jurnal harian untuk membantu mengekspresikan emosi.
- Rutin mengkonsumsi obat untuk mengendalikan gejala sesuai anjuran dokter.
Itu dia sejumlah perbedaan antara gangguan bipolar dan BPD yang penting untuk dipahami. Pada dasarnya, baik gangguan bipolar maupun BPD perlu segera di tangani dengan tepat untuk mencegah berbagai kondisi yang dapat memengaruhi kualitas hidup penderita dan orang sekitarnya.
Jika Anda memiliki keluhan terkait dengan gangguan kepribadian, jangan ragu untuk berdiskusi dengan psikolog atau psikiater secara langsung guna mendapatkan diagnosis dan penanganan medis yang tepat.
Selain itu, Anda bisa melakukan konsultasi dengan psikolog atau psikiater di Klinik Atlantis. Namun, jika di resepkan beberapa jenis obat, seperti antipsikotik dan antidepresan, pasien wajib melakukan self pick-up atau mengambil secara langsung, dan lakukan reservasi melalui Whatsapp Klinik Atlantis 081-1613-1718, agar mendapatkan penanganan yang tepat dan akurat.